A. Masa Awal
Masa
Pergerakan Nasional ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern
antara lain Budi Utomo (BU), Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP) dalam
memperjuangkan perbaikan nasib bangsa. Kaum terpelajar melalui organisasi-organisasi memotori munculnya
pergerakan
nasional
Indonesia. Pada saat itulah bangsa-bangsa di Nusantara mulai sadar akan rasa “sebagai satu
bangsa” yaitu bangsa Indonesia. Kata “Pergerakan Nasional“ mengandung suatu
pengertian yaitu merupakan perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara
modern ke arah perbaikan taraf hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena
rasa tidak puas terhadap keadaan masyarakat yang ada. Gerakan yang mereka
lakukan
memang tidak
hanya terbatas untuk memperbaiki derajat bangsa tetapi juga meliputi gerakan di
berbagai bidang pendidikan, kebudayaan, keagamaan, wanita dan pemuda.
Istilah
Nasional berarti bahwa pergerakan-pergerakan tersebut mempunyai cita-cita
nasional yaitu berkeinginan mencapai kemerdekaan bagi bangsanya yang masih
terjajah. Gagasan pertama
pembentukan Budi Utomo
berasal dari dr.Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter Jawa
dari Surakarta. Pada tahun 1908,dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo pelajar
Stovia. Dokter Wahidin mengemukakan gagasannya pada pelajar-pelajar Stovia dan
para pelajar tersebut menyambutnya dengan baik. Sehubungan dengan itu pada
tanggal 20
Mei 1908 diadakan rapat di
satu kelas di Stovia. Rapat tersebut berhasil membentuk sebuah organisasi
bernama Budi Utomo dengan Sutomo ditunjuksebagai ketuanya. Pada tahun 1909 R.M. Tirtoadisuryo mendirikan
perseroan dalam bentuk koperasi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perseroan
dagang ini bertujuan untuk menghilangkan monopoli pedagang Cina yang menjual
bahan dan obat untuk membatik. Sekitar akhir bulan Agustus 1912, Serikat Dagang
Islam diganti menjadi Serikat Islam (SI). Dalam kongres Serikat Islam di Madiun
pada tahun 1923 nama Serikat Islam diganti menjadi Partai Serikat Islam. Partai
ini bersifat nonkooperasi yaitu tidak mau bekerjasama dengan pemerintah tetapi menginginkan
perlu adanya wakil dalam Dewan Rakyat. Organisasi yang sejak berdirinya sudah
bersikap radikal adalah Indische Partij. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1912 di kalangan
orang-orang Indo di
Indonesia
dipimpin oleh E.F.E. Douwes Dekker. Cita-citanya adalah agar orang-orang yang menetap di Hindia
Belanda (Indonesia) dapat duduk dalam pemerintahan. Adapun semboyannya adalah Indie Voor de Indier
(Hindia bagi
orang-orang
yang berdiam di Hindia).
Dibandingkan
dengan Budi Utomo, Indische Partij telah mencakup sukusuku bangsa lain di
nusantara.Masa akhir Indische Partij terjadi ketika Suwardi Suryaningrat dan
Cipto Mangunkusumo ditangkap dan diminta untuk memilih daerah pembuangan.
Akhirnya ke dua tokoh tersebut meminta dibuang ke negeri Belanda. Demikian juga
Douwes Dekker dibuang ke Belanda dari tahun 1913 sampai dengan 1918.
Masa Radikal
Masa radikal, diartikan sebagai suatu
masa yang memunculkan organisasi-organisasi politik yang kemudian dinamakan “partai”. Pada umumnya organisasi-organisasi ini tidak mau bekerja sama
dengan pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan cita-cita organisasinya.
Mereka dengan tegas menyebutkan tujuannya untuk mencapai Indonesia
Merdeka.
Pada
tahun 1908 di negeri Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Organisasi ini didirikan oleh pelajar-pelajar dari Indonesia.
Pada mulanya hanya bersifat sosial yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan
bersama para pelajar tersebut. Organisasi ini juga menginginkan adanya hak bagi
bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Sehubungan dengan itu
Indische Vereeniging berganti nama menjadi indonesische
Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) dan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Sejalan dengan
itu majalah Perhimpunan Indonesia (PI) yang semula bernama “Hindia Putra”
juga berganti nama menjadi “Indonesia Merdeka”. Para anggota PI berusaha
mengadakan propaganda kemerdekaan Indenesia.
PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga syarat yang harus
ditanamkan kepada rakyat yaitu jiwa nasional (nationaale geest), tekad nasional (nationaale
wil), dan tindakan nasional (nationaale daad). Nasionalisme juga berkembang di kalangan
pemuda. Para pemuda yang
telah
mendirikan berbagai organisasi pemuda juga merasa perlu untuk menggalang persatuan.
Semangat persatuan ini diwujudkan dalam kongres pemuda pertama di Jakarta pada bulan Mei
1926.
PPI
mempelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda II. Dalam Kongres Pemuda II yang
diselenggrakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 berbagai organisasi pemuda seperti
Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Pasundan, Jong Selebes, Pemuda Kaum Betawi.
Kongres ini berusaha
mempertegas
kembali makna persatuan dan berhasil mencapai suatu kesepakatan yang kemudian
dikenal sebagai Sumpah Pemuda, yaitu:
Pertama, kami Putra dan Putri
Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua, Kami Putra dan Putri
Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami Putra dan Putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Masa Bertahan
Masa bertahan, pada tahap ini kaum
pergerakan berusaha mencari jalan baru untuk melanjutkan perjuangan. Mereka
menggunakan taktik baru,
yaitu dengan
bekerja sama dengan pemerintah melalui parlemen. Partai politik mengirimkan wakil-wakilnya
dalam Dewan Rakyat. Mereka mengambil jalan kooperatif, tetapi sifatnya sementara (insidentil). Artinya kalau
terjadi
ketidakcocokan
dengan politik pemerintah, mereka dapat keluar dari Dewan Rakyat.
Partai-partai
politik yang melakukan taktik kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda
adalah Persatuan Bangsa Indonesia dan Partai Indonesia Raya. Persatuan Bangsa Indonesia
(PBI) mendirikan bank, koperasi serta perkumpulan tani dan nelayan. Pemakarsanya
adalah Dokter Sutomo, seorang pendiri Budi Utomo. Pada tahun 1935 terjadi penyatuan
antara Budi Utomo dan PBI. Dalam sebuah partai yang disebut Partai Indonesia
Raya (Parindra), Ketuanya adalah Dokter Sutomo. Organisasi-organisasi lain yang
ikut bergabung dalam Parindra adalah: Serikat Sumatera, Serikat Celebes,
Serikat Ambon, Kaum Betawi, dan Tirtayasa. Dalam kongresnya tahun 1937, Wuryaningrat
terpilih sebagai ketua dibantu oleh Mohammad Husni Thamrin, Sukarjo
Wiryapranoto, Panji Suroso, dan Susanto Tirtoprojo. Kerjasama antar anggota
cabang-cabangnya menjadikan Parindra sebagai partai politik terkuat menjelang
runtuhnya Hindia Belanda. Di samping
Parindra juga muncul organisasi lain seperti Partindo.
Namun
karena desakan pemerintah akhirnya partai itu bubar pada tahun 1936. Para
pemimpinnya meneruskan perjuangan dengan mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo) di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937. Tokoh-tokoh yang duduk dalam
Gerindo ialah Mr. Sartono, Mr. Mohammad Yamin, dan Mr. Amir Syarifuddin. Pada
masa pemerintah Gubernur Jenderal Limburg Stirum (1916-1921) dibentuk Volksraad
atau Dewan Rakyat, yaitu pada tanggal 18 Mei 1918. Anggota dewan dipilih dan
diangkat dari golongan orang Belanda, Indonesia, dan bangsa-bangsa lain. Tujuan
pembentukan Dewan Rakyat adalah agar wakil-wakil rakyat Indonesia dapat
berperan serta dalam pemerintahan.
Golongan
kooperatif berupaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan Dewan Rakyat. Pada
tahun 1930 Mohammad Husni Thamrin, anggota Dewan Rakyat, membentuk Fraksi
Nasional guna memperkuat barisan dan persatuan nasional. Mereka menuntut
perubahan ketatanegaraan dan penghapusan diskriminasi di berbagai bidang.
Mereka juga menuntut penghapusan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Belanda tentang penangkapan dan pengasingan pemimpin perjuangan Indonesia
serta pemberangusan pers. Pada tanggal
15 Juli 1936 Sutarjo Kartohadikusumo, anggota dewan rakyat, menyampaikan petisi
agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri (otonomi) secara berangsur-angsur
dalam waktu sepuluh tahun. Tuntutan untuk otonomi ini ditolak pemerintah, sebab hal ini
memberi peluang yang mengancam runtuhnya bangunan kolonial.
Kegagalan
Petisi Sutarjo menjadi cambuk untuk meningkatkan perjuangan nasional. Pada
bulan Mei 1939 Muh. Husni Thamrin membentuk Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
yang merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, PSII, Partai Islam Indonesia,
Partai Katolik Indonesia. Pasundan, Kaum Betawi, dan Persatuan Minahasa. GAPI
mengadakan aksi dan menuntut Indonesia Berparlemen yang disusun dan dipilih oleh
rakyat Indonesia, Pemerintah harus bertanggung jawab kepada Parlemen. Jika
tuntutan itu diterima pemerintah, GAPI akan mengajak rakyat untuk mengimbangi kemurahan
hati pemerintah.
Pada
tanggal 24 Desember 1939 dibentuk Kongres Rakyat Indonesia. Kegiatan ini antara
lain menuntut pemerintah Belanda agar menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan dan bendera merah putih
sebagai bendera Nasional. Pemerintah memberikan reaksi dingin. Perubahan
ketatanegaraan akan diberikan setelah Perang Dunia II selesai. Pada 1 September
1939 pecah perang di Eropa yang kemudian berkembang menjadi Perang Dunia II.
Tuntutan GAPI dijawab Pemerintah dengan pembentukan Komisi Visman pada bulan Maret
1941 yang bertugas menyelidiki keinginan golongan-golongan masyarakat Indonesia
dan perubahan pemerintahan yang diinginkan. Namun Komisi ini hanya menampung hasrat
masyarakat Indonesia yang pro pemerintah dan masih menginginkan Indonesia
tetapi dalam ikatan Kerajaan Belanda. Hasil penyelidikan komisi Visman tidak
memuaskan. Sebelum hasil Komisi Visman diwujudkan, Jepang sudah tiba di
Indonesia. Meskipun demikian pihak Indonesia telah sempat mengusulkan 3 hal,
yaitu :
1. Pelaksanaan hak
menentukan nasib sendiri;
2. Penggunaan bahasa
Indonesia dalam sidang Dewan Rakyat;
3. Pergantian kata
Inlander (pribumi) menjadi Indonesier.12
Untuk
menguatkan perjuangan GAPI, KRI, diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI)
dalam konferensi di Yogyakarta pada tanggal 14 September 1941. Di dalam MRI
duduk wakil-wakil dari organisasi politik, organisasi Islam, federasi serikat
sekerja, dan pegawai negeri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara organisasi-organisasi
yang tergabung dalam MRI, namun persatuan dan kesatuan kaum Nasionalis terus
dipupuk sampai masuknya Tentara Militer Jepang.
Pusing banyak teuing ah
ReplyDelete