Nama
:
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Nama
kecil : Gusti Raden Mas Dorojatun
TTL : Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912
Ayah :
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Ibu :
Raden Ajeng Kustilah (Kanjeng Ratu Alit)
Agama : Islam
Wafat : Washington DC, 2 Oktober 1988
Nama Sri Sultan Hamengkubuwono tentu saja tak terasa
asing di telinga. Aura kebangsawaan mengalir kuat dalam gelar bagi Raja-Raja
Kasultnan Yogyakarta ini. Namun, nama Sri Sultan Hamengkubuwono ke-9 agaknya berbeda
dari yang lainnya. Beliau, dengan segala kepiawaiannya, rela ikut serta dalam
membangun pondasi bangsa. Beliau adalah sosok Pangeran dalam Republik.
Gusti Raden
Mas Dorojatun, demikian nama yang disandang beliau ketika kecil. Dilahirkan
pada tanggal 12 April 1912, beliau adalah anak kesembilan Sri Sultan Hamengku
Buwono VIII dari istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Ratu Alit.
Pada 18
Maret 1940, beliau dinobatkan sebagai putra mahkota. Di hari pelantikan
tersebut beliau berpidato dan mengeluarkan kalimat yang dikenang oleh semua
orang hingga saat ini, “Saya memang berpendidikan barat, tapi pertama-tama saya
tetap orang Jawa”.
Ketika kemerdekaan
Indonesia diproklamirkan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX segera mengambil sikap
dengan mengirim telegram ucapan selamat kepada para proklamator. Dua minggu
setelahnya, tepatnya tanggal 5 September 1945, beliau bersama Paku Alam VIII,
mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian
dari wilayah Republik Indonesia.
Peran Sri
Sultan Hamengkubuwono IX terhadap bangsa juga ditunjukkan melalui dukungan
finansial. Selama pemerintahan republik berada di Yogyakarta, segala urusan
pendanaan diambil dari kas keraton. Sri
Sultan Hamengkubuwono IX sendiri tidak pernah mengingat-ingat berapa jumlah
yang sudah dikeluarkan. Bagi beliau hal ini sudah merupakan bagian dari
perjuangan. Bahkan beliau memberi amanat kepada penerusnya untuk tidak
menghitung-hitung apalagi meminta kembali harta keraton yang diberikan untuk
republik tersebut.
Sejarah
mencatat bahwa perjuangan Indonesia menuju bentuknya saat ini mengalami
fase pasang surut. Di ujung berakhirnya era Orde Lama, ketika Soeharto
mengambil alih kendali pemerintahan, kepercayaan negara-negara dunia kepada
Indonesia sedang berada di titik terendah. Di saat seperti ini, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX pun menyingsingkan lengan bajunya, keliling dunia untuk
meyakinkan para pemimpin negara-negara tetangga bahwa Indonesia masih ada, dan
beliau tetap bagian dari negara itu. Dengan demikian kepercayaan internasional
pelan-pelan dapat dipulihkan kembali.
Seiring
perjalanan Republik Indonesia sebagai negara, Sri Sultan Hamengkubuwono IX
telah mengabdikan diri dalam berbagai posisi. Selain menjadi pejuang pejuang
kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX tercatat sebagai Menteri Negara dari
era Kabinet Syahrir hingga Kabinet Hatta I (1946 – 1949). Di masa kabinet Hatta
II hingga masa RIS (1949 - 1950) beliau menjabat Menteri Pertahanan. Dan
menjadi Wakil Perdana Menteri di era Kabinet Natsir (1950 -1951). Beliau masih terus menjabat
berbagai jabatan di tiap periode hingga pada tahun 1973 menjadi Wakil Presiden
Republik Indonesia yang kedua. Jabatan tersebut diemban sampai pada tanggal 23
Maret 1978, ketika beliau menyatakan mengundurkan diri.
Tepat
tanggal 2 Oktober 1988 malam, ketika beliau berkunjung ke Amerika, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington
University Medical Center. Beliau kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman
Raja-raja di Imogiri, sdiiringi oleh lautan massa yang ikut berduka. Pada saat
itu, pohon beringin Kyai Wijayandaru di Alun-alun Utara,
mendadak roboh, seakan pertanda duka yang mendalam.
Sri Sultan
Hamengkubuwono IX merupakan sosok pemimpin yang kharismatik. Beliau adalah sosok
yang tenang, rendah hati, dan bebas dari ego duniawi. Sikapnya dalam memimpin
rakyat serta ikut andil dalam membangun Indonesia menunjukkan bahwa beliau
adalah sosok yang adil, rela berkorban, dan totalitas dalam menjalankan
tugasnya. Teladan dan semangat nasionalis,
cinta demokrasi, menghargai budaya, dan keberpihakan terhadap masyarakat kecil
adalah contoh yang mesti dihidupi oleh generasi muda dewasa ini.
Dengan banyaknya sumbangsih yang beliau berikan bagi
bangsa dan negara, sosok Sri Sultan Hamengkubuwono IX dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional oleh Presiden Megwati Soekarnopoetri di tahun 1990. Beliau
juga ditetapkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia berkat perannya dalam Gerakan
Pramuka Indonesia.
Berbagai
cara dilakukan untuk mengingatnya. Diantaranya sosoknya diabadikan dalam uang pecahan Rp. 10.000 emisi
1992. Sayangnya, uang ini sudah berhenti dicetak pada tahun 1998. Beliau pun
dibuatkan patung di Bangsal Kesatriyan Keraton Yogyakarta. Selain itu, namanya
juga diabadikan menjadi nama jalan di berbagai daerah di Nusantara, diantaranya
di Jakarta Utara, dan Tulangbawang barat, Lampung
Tanggapan Kami
Sri Sultan Hamengkubuwono
IX merupakan sosok pemimpin yang dapat diteladani bagi kita. Sikapnya dalam
memimpin rakyat serta ikut andil dalam membangun Indonesia menunjukkan bahwa
beliau adalah sosok yang adil, rela berkorban, dan totalitas dalam menjalankan
tugasnya. Ia memiliki sikap semangat
nasionalis, cinta demokrasi, menghargai budaya, dan keberpihakan terhadap
masyarakat kecil adalah contoh yang mesti dihidupi oleh generasi muda, para
pemimpin di masa depan.
Perjuangan Sultan HB IX juga mendapat apresiasi yang
sangat tinggi dari pemerintah. Memang sepantasnya begitu, mengingat banyaknya
sumbangsih yang beliau berikan bagi bangsa.
Artikel
ini disusun oleh :
Kelompok 4
Yohanes Canon, Ilyasa
Adam, Akbar Riza, Rania Khayru H,