PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah proses saling tukar pendapat
untuk membahas suatu isu dengan masing-masing pihak yang berdebat memberi
alasan. Apabila perlu, ditambahkan dengan informasi, bukti, dan data untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Hasil debat biasanya menghasilkan sudut
pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak.
UNSUR-UNSUR
DEBAT
1.
Mosi. Mosi yaitu hal atau topik yang sedang diperdebatkan
2.
Tim afirmasi Yaitu tim yang setuju terhadap hal yang sedang diperdebatkan
(mosi)
3.
Tim oposisi Yaitu tim yang tidak setuju terhadap hal yang diperdebatkan
(menentang mosi)
4.
Tim netral, penonton/ juri yang dipanggil tim yang tidak memihak dan dapat
memberikan argumen dua sisi, baik dukungan maupun sanggahan terhadap mosi
5.
Moderator Orang yang memimpin atau memandu jalannya debat
6.
Panelis Orang yang menulis kesimpulan suatu debat
MOSI
Mosi
adalah permasalahan yang diperdebatkan. Kamu bisa mengetahuinya dari judul dan
pendapat yang disampaikan pihak-pihak yang berdebat.
RAGAM BAHASA DALAM DEBAT
a.
Sesuai dengan kaidahbahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa
(pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf).
b.
Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal
sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung
menuju sasaran, runtut dan sistematis dan tersaji sebagai kalimat efektif.
c. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya
(denotatif)
CIRI-CIRI
DEBAT
1.
Terdapat dua sudut pandang
2.
Adanya suatu proses saling
mempertahankan pendapat antara kedua belah pihak
3.
Adanya saling adu argumentasi atau pendapat yang bertujuan untuk memperoleh
kemenangan
4.
Adanya sesi tanya jawab yang bersifat terbatas dan bertujuan untuk menjatuhkan
pihak lawan
5.
Adanya pihak yang berperan sebagai penengah yang biasanya dilakukan oleh
moderator
PERGESERAN
TATA BAHASA INDONESIA
DI
KALANGAN GENERASI MILENIAL
Oleh:
Tomi Nugraha
Tidak semua penutur bahasa Indonesia bisa menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, begitupula dengan kalangan milenial. Penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat penting untuk diketahui oleh para
generasi milenial saat ini. Hal ini supaya bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
bisa tetap ada dan tidak kalah eksistensinya oleh bahasa gaul.
Maraknya penggunaan bahasa
gaul dikalangan remaja membuat
eksistensi bahasa Indonesia menjadi menurun. Oleh karena itu, pengaruh bahasa
gaul terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan
milenial harus mendapat perhatian. Generasi milenial saat ini banyak menciptakan
bahasa gaul. Kaum milenial cenderung
lebih menyukai bahasa gaul dari pada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Supaya mereka lebih terlihat modern, dan akhirnya mulai lunturnya
kecintaan pada bahasa Indonesia adalah hal yang harus dihindari.
maaraknnya penggunaan bahasa
gaul/alay pada media sosial tentulah beralasan. Bahasa gaul/alay dianggap
sebagai ancaman yang serius terhadap kaidah tata bahasa Indonesia, karena
meskipun dalamm dunia linguistik dikenal dengan bahasa baku dan tidak baku,
bahasa alay adalah bahasa tidak baku yang tidak mengindahkan. Selain itu, sifat
dari media sosial yang membuat penikmatnya asik dengan dunia maya mereka
masing-masing membuat mereka malas berkomunikasi di dunia nyata.
Akibatnya, karena sering
berinteraksi di media sosial dengan bahasa gaul tingkat pemahaman bahasapun
akan terganggu. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus dan tidak dilakukan
penegahan, lama-lama bahasa gaul inipun akan bersifat arbiter. Hilanglah sudah
orisinalitas bahasa Indonesia. Maka, untuk menghidari hal ini perlu adanya
upaya untuk menanamkan dan menumbuhkan kecintaan terhadap pemahaman bahasa
Indonesia.
Mengahadapi derasnya laju
perkembangan zaman saat ini memang harus di sikapi secara bijaksana. Salah satu
implikasi yang di rasakan saat ini yakni pada bahasa nasional Negara Indonesia
dengan jumlah penduduk yang banyak yang di dukung oleh teknologi yang semakin
mahir, masyarakat secara sadar atau tidak sadar telah melakukan pergeseran
katakata dalam berkomunikasi sehari-hari. Banyak sekali kita jumpai Studi kasus
penggunaan bahasa di media sosial. Bahasa Indonesia sangat rentan terhadap
pengaruh globalisasi, baik itu mendapatkan pengaruh positif ataupun negatif.
Adapun dampak negatif dari kebiasaan kaum milenial dalam berbahasa di media
sosial sebagai berikut;
1.
Masyarakat
Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Banyak
masyarakat Indonesia yang berkomunikasi
via media sosial lebih merasa bangga dan
membanggabanggakan menggunakan bahasa negeri orang lain. Atau malah
mencampur-campur bahasa indonesia dengan bahasa asing. Sehingga banyak
memunculkan bahasa serapan dari kata bahasa asing menjadi di- bahasa Indonesia
kan.
2.
Berkurangnya minat generasi muda untuk
mempelajari Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Generasi muda cenderung untuk
lebih menyukai sesatu yang modern atau maju dalam berkomunikasi. Dengan
masuknya budaya-budaya asing dan bahasanya tentu lebih menarik bagi sebagian
besar generasi muda untuk dipelajari.
3.
Memberi efek rancu akan Kosa kata Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Bagi sebagian besar pengguna media sosial, lebih
mengerti arti dari bahasabahasa alay dibanding dengan Kosakata Bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
4.
Bisa mengancam kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara. Lama kelamaan Bahasa Indonesia akan terkikis oleh
generasi muda yang justru lebih mengembangkan bahasa-bahasa alay atau gaul.
Bahasa gaul atau slang
selalu berkembang dari waktu kewaktu, itu berarti bahwa setiap tahun akan ada
beberapa kata-kata gaul baru yang dikembangkan dan digunakan oleh orangorang.
Tingkat pengguna media sosial yang semakin tinggi dari waktu kewaktu. Membuat
cara berkomunikasi menjadi semakin, sederhana, cepat, dalam mengakses
komunikasi yang dibutuhkan. Untuk menjaga keutuhan identitas bangsa Indonesia
sudah seharusnya kalang milenial harus membiasakan diri dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan tidak mencampur adukan dengan bahasa lain. Oleh karena itu
generasi milenial harus tetap mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan
bahasa daerah dang menguasai bahasa asing.